news-detail
Mandiri News Detail Portlet
DAILY ECONOMIC AND MARKET REVIEW

ECONOMIC REVIEW
DAILY ECONOMIC AND MARKET REVIEW
Office of Chief Economist, PT Bank Mandiri
Agustus, 19, 2025 | Daily Economic Review: Ekspansi Fiskal yang Terukur untuk Mendorong Pertumbuhan Ekonomi
Pemerintah menargetkan perekonomian Indonesia tumbuh 5,4% yoy pada 2026, lebih tinggi dari 5,2% yoy pada 2025.
Sedangkan asumsi inflasi ditetapkan stabil di level 2,5% yoy. Di sisi kurs, pemerintah memperkirakan Rupiah melemah ke 16.500 per USD, dari target tahun 2025 sebesar 16.000, yang menandakan masih tingginya tekanan eksternal yang berpotensi menahan stabilitas nilai tukar. Sementara itu, sektor energi ditargetkan lebih konservatif, dengan lifting minyak dan gas diperkirakan turun tipis menjadi 1,59 juta boepd dari target 2025 sebesar 1,61 juta boepd. Perkiraan harga minyak juga diturunkan menjadi 70 USD/barel dari 82 USD/barel, mencerminkan outlook permintaan global yang melambat di tengah pasokan yang relatif terjaga.
Pemerintah menargetkan defisit anggaran sebesar 2,48% terhadap PDB pada RAPBN 2026.
Target tersebut lebih rendah dari target dan outlook APBN 2025 yang masing-masing sebesar 2,53% dan 2,78%. Meski demikian, jika dibandingkan dengan rata-rata realisasi defisit dalam lima tahun terakhir (di luar periode Covid-19), asumsi defisit 2026 masih relatif lebih tinggi. Penerimaan negara ditargetkan tumbuh 4,7% yoy menjadi Rp3.147,7 triliun, tetapi kenaikan ini menjadi yang terendah dalam empat tahun terakhir.
Belanja pemerintah pada 2026 ditetapkan sebesar Rp3.786,5 triliun atau naik 4,6% yoy.
Anggaran difokuskan pada percepatan program strategis, terutama Makan Bergizi Gratis yang meningkat 187% yoy menjadi Rp335 triliun, serta anggaran ketahanan pangan yang naik 13,7% yoy menjadi Rp164,4 triliun. Belanja pemerintah pusat tumbuh 16,1% yoy dari APBN 2025, sementara transfer ke daerah justru turun tajam 29,3% yoy. Pemangkasan anggaran juga dilakukan pada 15 pos belanja, termasuk rapat, kegiatan seremonial, hingga anggaran infrastruktur.
Secara keseluruhan, Tim Riset Bank Mandiri menilai prospek fiskal 2026 tetap prudent dengan defisit yang terjaga di bawah 3% dari PDB.
Namun demikian, masih terdapat beberapa risiko utama yang berasal dari perlambatan ekonomi Tiongkok, moderasi harga komoditas, dan kebijakan tarif proteksionis AS. Walaupun Indonesia berhasil menurunkan tarif impor AS menjadi 19% melalui negosiasi, outlook ekspor tetap terbatas. Di sisi domestik, inflasi yang terkendali serta peluang penurunan BI Rate memberi ruang bagi konsumsi dan investasi untuk meningkat, sehingga menopang penerimaan pajak ke depan. Dengan demikian, meskipun tekanan penerimaan pajak berpotensi menambah risiko pelebaran defisit, arah kebijakan fiskal 2026 diperkirakan masih terukur dan konsisten dalam mendukung stabilitas pertumbuhan ekonomi. (as)
Untuk informasi yang lebih lengkap, Report tersebut dapat Bapak/Ibu unduh pada website kami melalui link berikut ini:
Unduh Dokumen Media