Mandiri News Detail Portlet

DAILY ECONOMIC AND MARKET REVIEW

DAILY ECONOMIC AND MARKET REVIEW

ECONOMIC REVIEW

DAILY ECONOMIC AND MARKET REVIEW

Office of Chief Economist, PT Bank Mandiri

Maret, 06, 2025 | Daily Economic Review: Tantangan dan Peluang Bagi Indonesia dalam Menghadapi Perang Dagang

Perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan mitra dagangnya semakin memanas dengan diterapkannya tarif impor baru yang signifikan. 
Mulai 4 Maret 2025, AS menaikkan tarif impor dari Tiongkok menjadi 20%, serta memberlakukan tarif 25% pada semua impor dari Meksiko dan Kanada, kecuali produk energi Kanada yang dikenai tarif 10%. Selain itu, AS juga akan mengenakan tarif 25% terhadap Uni Eropa, meskipun tanggal penerapannya belum ditentukan. Negara-negara terdampak segera merespons dengan kebijakan balasan. Kanada menetapkan tarif 25% terhadap barang impor dari AS senilai USD 30 miliar, sementara Tiongkok akan mengenakan tarif tambahan 15% pada produk pertanian AS mulai 10 Maret 2025. Meksiko dijadwalkan mengumumkan detail tarif balasan pada 9 Maret 2025.

Dampak dari perang dagang ini langsung terasa di pasar keuangan global. 
Indeks saham AS anjlok akibat kekhawatiran investor terhadap eskalasi sengketa perdagangan, dengan S&P 500 turun 1,2% dan Dow Jones melemah 1,5%. Dolar AS menguat tajam, dengan Indeks Dolar AS (DXY) meningkat di atas 105,7 karena meningkatnya permintaan terhadap aset safe-haven. 

Dari perspektif ekonomi, kebijakan tarif ini berpotensi menghambat arus perdagangan global karena negara-negara yang terdampak mencakup 62% dari total impor AS pada 2024. 
Jika perang dagang ini terus berlanjut, volume perdagangan global bisa menurun drastis. Namun, peluang bagi negara-negara seperti Indonesia, Vietnam, dan India terbuka karena importir AS akan mencari alternatif pemasok. Di sisi lain, tarif yang lebih tinggi berisiko meningkatkan inflasi di AS, yang berpotensi memengaruhi kebijakan Federal Reserve. 

Bagi negara berkembang, termasuk Indonesia, dampaknya terutama dirasakan di pasar keuangan. 
Investor global beralih ke aset safe-haven, menyebabkan volatilitas tinggi. Rupiah melemah 1,5% ytd, sementara IHSG turun 7,7% ytd dengan arus keluar dana asing mencapai IDR 21,4 triliun pada perdagangan kemarin. Namun, Indonesia juga memiliki peluang untuk meningkatkan ekspor ke AS, terutama pada sektor elektronik, pakaian jadi, dan alas kaki, yang pada 2024 mencapai USD 42,5 miliar.

Untuk menghadapi dampak perang dagang ini, pemerintah Indonesia perlu menerapkan strategi diversifikasi pasar guna mengurangi ketergantungan pada AS. 
Insentif pajak dan subsidi bagi industri terdampak, serta kebijakan moneter yang adaptif, menjadi langkah penting. Selain itu, upaya hilirisasi industri harus terus diperkuat agar ekspor Indonesia lebih kompetitif. Dengan strategi yang tepat dalam kebijakan perdagangan, stabilitas ekonomi, dan diplomasi, Indonesia dapat memanfaatkan peluang dari dinamika perang dagang ini untuk menjaga pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. (aph)

Untuk informasi yang lebih lengkap, Report tersebut dapat Bapak/Ibu unduh pada website kami melalui link berikut ini:

Unduh Dokumen Media