Press Release Detail Portlet

DAILY ECONOMIC AND MARKET REVIEW

Kamis, 08 Mei 2025

DAILY ECONOMIC AND MARKET REVIEW
Office of Chief Economist, PT Bank Mandiri
Mei, 08, 2025 | Daily Economic Review: Peningkatan Pinjaman P2PL di Tengah Pelemahan Daya Beli

Di tengah tekanan terhadap daya beli masyarakat, industri peer-to-peer lending (P2PL) mencatatkan pertumbuhan. 
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), total outstanding pembiayaan P2PL pada Februari 2025 tercatat sebesar IDR81,17 triliun, meningkat 32,9% (yoy) dan 3,4% (mom). Angka ini melanjutkan tren positif dari bulan sebelumnya, di mana pada Januari 2025 tercatat sebesar IDR78,50 triliun, tumbuh 29,9% (yoy) dan 1,9% (mom).

Dari sisi segmentasi, mayoritas pembiayaan P2PL bersifat konsumtif. 
Hal ini mencerminkan kebutuhan masyarakat akan pinjaman jangka pendek dengan pencairan instan. Porsi pembiayaan produktif hanya mencapai 28,3% pada Februari 2025, sementara penyaluran pinjaman konsumtif mencapai IDR49,88 triliun, tumbuh 31,6% (yoy) dan 0,6% (mom). Sebagai perbandingan, kredit konsumtif perbankan pada periode yang sama tercatat IDR2.153,27 triliun, tumbuh 10,3% (yoy) dan 0,5% (mom). Tren tersebut mengindikasikan adanya pergeseran preferensi sebagian masyarakat terhadap pembiayaan non-bank yang lebih cepat dan fleksibel.

Namun, pertumbuhan P2PL juga disertai tantangan dari sisi risiko kredit. 
Tingkat wanprestasi 90 hari (TWP90) pada Februari 2025 tercatat sebesar 2,78%. Walaupun lebih rendah dibandingkan Februari 2024 (2,95%), angka ini meningkat dari 2,52% pada Januari 2025. Kenaikan ini mencerminkan tekanan risiko, khususnya pada pembiayaan konsumtif yang mendominasi penyaluran. 

Penguatan literasi keuangan dan pengawasan menjadi semakin penting. 
Lonjakan penggunaan pinjaman online menandakan pergeseran perilaku masyarakat yang semakin bergantung pada platform digital untuk memenuhi kebutuhan finansial, terutama melalui aplikasi pinjaman jangka pendek. Pelemahan daya beli turut mendorong masyarakat mencari solusi pembiayaan cepat, yang bisa menjadi indikator tekanan ekonomi mikro. Fenomena ini menegaskan pentingnya perlindungan konsumen terhadap risiko pinjaman berulang dan beban bunga tinggi yang dapat memperburuk kondisi keuangan individu. Oleh karena itu, peran regulator menjadi sangat strategis. Melalui sejumlah peraturan dan pengawasan, regulator tak hanya berfokus pada mitigasi risiko, tetapi juga mendorong edukasi keuangan yang inklusif dan keberlanjutan. Pendekatan ini dibutuhkan untuk menjaga keseimbangan antara pertumbuhan industri pinjaman digital dan stabilitas sistem keuangan nasional. (ec)

Untuk informasi yang lebih lengkap, Report tersebut dapat Bapak/Ibu unduh pada website kami melalui link berikut ini: