Mandiri News Detail Portlet

Pemberitaan Hari Ini - 13/3

Pemberitaan Hari Ini - 13/3

NEWS & RELEASE

 

Kontan

Peraturan OJK: Recovery plan, bank terbitkan obligasi

Beberapa bank sistemik menyiapkan rencana aksi (recovery plan) yang segera dimintakan persetujuan ke pemegang saham dalam RUPS dalam beberapa minggu ke depan. Yakni atas rencana penerbitan surat utang atau obligasi konversi. Aksi ini sejalan dengan peraturan Otoritas Jasa Keuangan POJK No 14/POJK.03/2017. Ini merupakan pedoman pelaksanaan teknis bagi industri keuangan untuk mencegah dampak sistemik apabila terjadi krisis. Haru Koesmahargyo, Direktur BRI, Senin (12/3), mengatakan BRI akan menerbitkan obligasi konversi Rp 500 miliar untuk memenuhi POJK. BRI sudah memasukkan penerbitan obligasi dalam rencana bisnisnya. Sementara, Iman Nugroho Soeko, Direktur Keuangan dan Treasury BTN mengatakan BTN merencanakan penerbitan obligasi konversi ini sebesar Rp 2 triliun di tahun ini. Adapun, Bank Mandiri belum menentukan instrument surat utang konversi yang akan diterbitkan karena masih akan membawa beberapa opsi kemungkinan ke RUPS pada tangga 21 Maret 2018 mendatang. “Kami harus tunggu keputusan RUPS," kata Darmawan Junaidi, Direktur Tresury Bank Mandiri.

Bisnis Indonesia

KREDIT INFRASTRUKTUR

Bank Jepang Tertarik Kereta Cepat

Japan Bank for International Cooperation (JBIC) menyatakan kesiapannya untuk turut serta mendanai proyek kereta cepat Jakarta–Surabaya. Sepanjang 2017, lembaga keuangan asal Jepang cukup agresif terlibat dalam kredit sindikasi ke sejumlah proyek di Indonesia. Tercatat, sepanjang tahun lalu terdapat 82 deals kredit sindikasi kredit. Dalam data tersebut diketahui pula, urutan teratas mandated lead arranger diduduki PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. diikuti PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. Adapun, lembaga jasa perbankan Jepang mulai menyodok dan menguasai posisi ranking ketiga hingga kelima. Salah satu bank Jepang, Mitsubishi UFJ Financial Group Inc (MUFG), misalnya, memberikan sindikasi senilai US$2,52 miliar. Nilai ini hampir menyampai kredit sindikasi Bank Mandiri US$2,591 miliar.

Bisnis Indonesia

Gerbang Pembayaran : Konversi Kartu Dikebut

Dalam waktu satu tahun mendatang, seluruh kartu debit yang diterbitkan bank wajib menampilkan logo burung garuda merah yang merupakan tanda berlakunya sistem gerbang Pembayaran Nasional (GPN). Bank Indonesia ( BI) mentapkan tenggat akhir implementasi sistem gerbang Pembayaran Nasional pada kuartal I/2019. Sebelum tenggat berakhir, bank sentral memastikan bahwa stakeholder telah menyiapkan seluruh infrastruktur yang dibutuhkan. Direktur Ektsekutif Departmen Elektronifikasi dan Gerbang Pembayaran Nasional BI Pungky Wibowo mengatakan, semua infrastruktur pendukung sedang disiapkan. Selain bank yang ditugaskan menerbitkan kartu debit yang berlogo GPN dengan sistem yang dapat saling berhubungan dengan bank lain. BI juga menyiapkan lembaga service yang mendapat amanat untuk menyediakan kebutuhan industri sistem pembayaran ritel, serta lembaga standar yang menyusun dan mengelola standar dalam GPN. Selain itu BI juga tengah menyiapkan implementasi billing agretor. Nantinya semua sistem pembayaran seperti jalan tol dan listrik akan disatukan sehingga biayanya lebih murah. Peraturan mengenai GPN sudah diluncurkan BI sejak tahun lalu. GPN diminta untuk menghapus sekat antarbank, dimana selama ini untuk mengakses kebutuhan perbankan maupun transaksi hanya bisa dilakukan pada bank yang sama. Prinsip GPN sama seperti kartu pembayaran international berlogo visa maupun Mastercard. Namun yang membedakan kartu dengan logo GPN hanya untuk transaksi dalam negeri.

Investor Daily

Transaksi Crossborder Indonesia Terbesar di Asean

Bank Indonesia (BI) menilai Indonesia merupakan negara dengan jumlah transksi lintas negara (crossborder) terbesar di Asean. Semnetara itu, Society for Worldwide Interbank Financial Telecommunication (SWIFT), yakni perusahaan kopersi global penyedia layanan pesan keuangan antarnegera mencatat, lebih dari US$ 100 miliar transaksi telah dikirmkan setiap hari di seluruh dunia. Dengan potensi besarnya transaksi tersebut, SWIFT mengumumkan, tiga bank besar Indonesia terlah bergabung dalam SWIFT global payment innovation (GPI). Ketiga bank tersebut adalah BRI,BNI dan Bank Sinar Mas. Ketiga bank tersebut akan terintegrasi dengan lebih dari 145 bank di seluruh dunia dalam segmen layanan pembayaran.

Media Indonesia

IHSG Berpotensi Menguat, Rupiah Terus Melemah

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) kemarin di tutup menguat 67,36 poin seiring dengan respon positif investor terhadap fundamen ekonomi domestik. IHSG ditutup menguat 67,36 poin atau 1,04% menjadi 6.500,68, sedangkan kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ$5 bergerak naik 10,53 poin (0,99%) menjadi 1.075,37. Menurut William, investor asing yang juga ikut membeli menjadi salah satu faktor pendorong bagi IHSG. Berdasarkan data BEI, investor asing membukukan beli bersih atau foreign net buy sebesar Rp111,03 miliar pada awal pekan ini. Terkait dengan rupaih yang terus melemah, ekonom Universitas Gajahmada (UGM) Tony Prasentiantono menyatakan Bank Indonesia sebaiknya mengkoreksi suku bunga acuan (BI-7day reverse repo rata atau BI7-DRRR) dengan menaikkan secara perlahan. Setidaknya ke level 4,5%. Hal itu untuk mencegah orang kaya berlari membeli dolar. Pelemahan rupiah, Kata Tony, juga dipengaruhi utang luar negeri pemerintah yang sudah jatuh tempo sehingga harus dibayar. Alhasil cadangan devisa pun menyusut.

Bisnis Indonesia

PKPU Royal Standard

Royal Standard Group akhirnya mengajukan perpanjangan masa penundaan kewajiban pembayaran utang (PKPU) selama 90 hari. Kuasa Hukum Royal Standard Group Jimmy Simanjuntak mengatakan bahwa masa perpanjangan PKPU selama 90 hari tersebut merupakan waktu yang ideal bagi debitur untuk menawarkan proposal perdamaian kepada seluruh kreditur. Salah satu pengurus PKPU Pangeran Hutapea mengatakan bahwa pemegang tagihan terbesar datang dari kreditur separatis atau pemegang jaminan. Kreditur separatis terdiri dari Molucca Holdings, Bank Mandiri, BCA, Bank OCBC NISP dan Bank Danamon.

Bisnis Indonesia

Proyeksi laba bank 2018: Sulit tumbuh seperti 2017

Sepanjang tahun lalu, laba bersih bank umum setelah pajak tercatat Rp131,15 triliun, tumbuh 23,09% dibandingkan dengan capaian pada tahun sebelumnya. Padahal, pada periode yang sama, rasio margin bunga bersih bank yang mencerminkan kemampuan bank untuk mendulang pendapatan berbasis bunga justru menurun. Direktur Riset Center of Reform on Economy (CORE) Piter Abdullah menilai setelah pertumbuhan laba bank mencetak rekor tertinggi dalam 5 tahun terakhir pada 2017, pada tahun ini perbankan akan lebih sulit mencetak kenaikan serupa. Presiden Direktur Bank Mayapada Internasional Hariyono Tjahjarijadi mengatakan penopang laba bank dapat bersumber dari efisiensi, perbaikan kualitas kredit dan penurunan pencadangan, serta naiknya pendapatan dari fee based income. Sumber pendapatan utama bank tetap berasal dari pendapatan bunga. Hariyono mengakui laba perseroan tahun lalu turun karena rasio margin bunga bersih (net interest margin/NIM) yang menyusut. Sebelumnya, Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja mengatakan profi tabilitas perseroan didukung oleh berbagai program efisiensi serta pembentukan cadangan kredit bermasalah yang lebih rendah. Pada akhir Desember 2017 BCA membukukan pertumbuhan laba bersih 13,1% secara year on year menjadi Rp23,3 triliun. Dari sisi kredit naik 12,4% (yoy) menjadi Rp468 triliun. Direktur Utama Bank Mandiri Taspen Pos (Bank Mantap), anak usaha Bank Mandiri, Josephus K. Triprakoso mengatakan pada tahun ini pihaknya meningkatkan efisiensi di sisi biaya dana untuk mempertahankan pertumbuhan laba. Tahun lalu perseroan mendulang laba bersih yang cukup signifi kan sebesar Rp160,05 miliar, tumbuh 215,8% secara yoy. Melejitnya laba bersih Bank Mantap ditopang pertumbuhan kredit dan efisien yang tercermin dari penurunan rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO). Sementara itu, Direktur Keuangan dan Treasury BTN Iman Nugroho Soeko menuturukan pihaknya akan menjaga profitabilitas dengan meningkatkan kinerja kredit dan menjaga efisiensi serta meningkatkan dana murah. Tahun lalu perseroan mencetak rasio profi tabilitas atau return on asset (RoA) sebesar 1,71% dan pada 2018 diperkirakan masih akan stabil di level yang sama.

Bisnis Indonesia

Pengelolaan likuiditas: Bank syariah kejar dana murah

Industri perbankan syariah gencar mendorong pertumbuhan himpunan dana murah pada tahun ini demi mendongkak kinerja di sejumlah segmen. Pertumbuhan dana murah yang terdiri atas giro dan tabungan atau current account and saving account (CASA) secara langsung akan berdampak pada penurunan beban operasional, sehingga meningkatkan kemampuan bank untuk meraup laba. Direktur Keuangan dan Strategi Bank Mandiri Syariah (BSM) Ade Cahyo Nugroho, akhir pekan lalu, mengatakan strategi penghimpunan dana murah pada tahun ini tidak akan banyak berbeda dengan tahun lalu. Sepanjang 2017, pertumbuhan dana pihak ketiga BSM didukung oleh peningkatan dana giro sebesar 29% dan dana tabungan sebesar 13%. BSM berhasil menghimpun DPK sebesar Rp77,90 triliun pada akhir tahun lalu atau tumbuh 11,37% secara yoy jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya Rp69,95 triliun. Ade menyampaikan dari sisi pembiayaan pertumbuhannya memang relatif moderat sebesar 9,2% dengan proporsi pembiayaan pada segmen ritel tumbuh 11,48% secara year on year (yoy) menjadi Rp34,3 triliun. Pada kesempatan lain, Direktur Bisnis BNI Syariah Dhias Widhiyati menargetkan pertumbuhan DPK 18% tahun ini dapat didorong oleh dana murah. Tahun lalu DPK BNI Syariah tercatat tumbuh 21,2% menjadi Rp29,38 triliun dengan dominasi dana murah yang mencapai 51,60%.