Press Release Detail Portlet

DAILY ECONOMIC AND MARKET REVIEW

Rabu, 01 Oktober 2025

DAILY ECONOMIC AND MARKET REVIEW
Office of Chief Economist, PT Bank Mandiri
Oktober, 1, 2025 | Daily Economic Review: Penjualan Semen Domestik Terkontraksi 2,9% yoy pada Agustus 2025

Penjualan semen domestik pada Agustus 2025 terkontraksi 2,9% yoy dengan volume penjualan semen sebesar 5,9 juta ton.
Kontraksi tersebut lebih dalam daripada Juli 2025 (-2,7% yoy) dan Agustus 2024 (0,10% yoy).  Kontraksi penjualan semen domestik pada Agustus 2025 disebabkan oleh kontraksi  semua jenis kemasan semen. Penjualan semen kantong, yang umumnya digunakan untuk konstruksi properti, terkontraksi 0,6% yoy pada Agustus 2025. Demikian pula, penjualan semen curah yang umumnya digunakan untuk konstruksi infrastruktur, terkontraksi 7,9% yoy pada Agustus 2025.

Menurut wilayah, hanya penjualan semen di wilayah Bali-Nusa Tenggara yang tumbuh positif pada Agustus 2025.
Pertumbuhan penjualan semen di Bali-Nusa Tenggara mencapai 20,2% yoy pada Agustus 2025 (vs. 2,6% yoy pada Agustus 2024). Sebaliknya, penjualan semen di wilayah Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku-Papua terkontraksi pada Agustus 2025. 

Total volume ekspor semen dan klinker tumbuh sebesar 11,2% yoy pada Agustus 2025 dengan volume ekspor sebesar 1,09 juta ton.
Pertumbuhan volume ekspor tersebut jauh lebih tinggi daripada Agustus 2024 yang terkontraksi 6,0% yoy. Peningkatan volume ekspor semen disebabkan oleh pertumbuhan ekspor semen dan klinker yang masing-masing tumbuh sebesar 115,9% yoy dan 4,8% yoy pada Agustus 2025.

Kami perkirakan penjualan semen domestik pada 2025 sedikit membaik dengan pertumbuhan mencapai 0,5% (vs. -0,9% pada 2024).
Katalis positif yang dapat mendorong pertumbuhan penjualan semen terutama berasal dari insentif properti. Pertama, kebijakan insentif fiskal untuk sektor properti berupa perpanjangan Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN-DTP) sebesar 100% hingga Desember 2025 untuk rumah dengan harga di bawah Rp 5 miliar, namun PPN-DTP hanya sampai Rp. 2 miliar. Kedua, perpanjangan Loan to Value 100% dari Bank Indonesia, sehingga pembelian rumah bisa dilakukan tanpa uang muka.  Ketiga, penambahan anggaran Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan menjadi sebesar Rp. 35,2 triliun (vs. Rp. 24,6 triliun pada 2024). Sebaliknya, faktor risiko yang bisa menekan penjualan semen ke depan terutama berasal dari segmen konstruksi infrastruktur, yaitu pemotongan belanja pemerintah untuk infrastruktur pada 2025 dan masalah keuangan BUMN karya yang dapat membatasi kemampuannya dalam mengerjakan proyek-proyek konstruksi infrastruktur ke depan. (MS)

Untuk informasi yang lebih lengkap, Report tersebut dapat Bapak/Ibu unduh pada website kami melalui link berikut ini: